Ayo Kita Cukupkan Makanan Untuk Anak Yatim, Santri Dan Penghafal Qur'an

Simak penjelasan Ustad Khalid Bassalamah tentang keutamaan sedekah makanan dalam islam

Yuk Infaq

Assalamulaikum #OrangBaik

Berawal dari anak kami yang akan masuk ke sekolah menengah pertama, akhirnya kami memutuskan untuk memasukannya ke pondok pesantren.

Dimana kami berharap kelak dia akan lebih terjaga lingkungan dan agamanya serta tidak salah dalam pergaulan. Sholat 5 waktunya terjaga, ngajinya terjaga dan ilmu agamanya meningkat. Itu yang kami harapkan.

Kami rela menitipkan anak mondok di pesantren dan pulang dalam setahun hanya 2-3 kali saja.

Dan benar ketika setelah setahun berjalan.. kami sangat bahagia anak kami bercerita sudah hafal beberapa kitab dan dia tidak mau lepas dari kerudungnya.

Terimakasih ya Allah.. Alhamdulillah

Tapi disampaing kebahagian itu, ada cerita memilukan. Kami miris ketika anak kami bercerita jika makanan di pondok hampir tidak layak.

Mulai dari air minum yang tidak layak. BAYANGKAN... para santri minumnya air mentah langsung dari keran air tapi mereka TERPAKSA harus membiasakannya.

Nasi yang agak kusam yang sedikit bau dan rasanya pun tidak enak dengan lauk pauk seadanya. Bahkan mereka bercerita seringkali tidak kebagian nasi sehingga tidak makan.

Kami miris mendengar cerita itu, ada pendidikan bagus tapi kesehatan anak kami tidak terpergatikan.

Untuk itulah kami mengajak bapak/ibu/saudara #OrangBaik untuk ikut dalam gerakan infaq nasi box untuk anak-anak pondok pesantren yang ada di cianjur jawa barat ini.

Dengan gerakan infaq ini, in syaa Allah akan membantu anak-anak pondok.

Yuk istiqomah infaq 20rb/bulan untuk 1 box nasi lengkap dengan lauk pauk yang enak dan air minumnya.

“Siapa pun mukmin memberi makan mukmin yang kelaparan, pada hari Kiamat nanti Allah akan memberinya makanan dari buah-buahan surga. Siapa pun mukmin yang memberi minum mukmin yang kehausan, pada hari kiamat nanti Allah akan memberinya minum dari minuman surga. Siapa pun mukmin yang memberi pakaian mukmin lainnya supaya tidak telanjang, pada hari kiamat nanti Allah akan memberinya pakaian dari perhiasan surga.”

Memberi makan orang lain adalah amal sosial yang mulia. Mengenyangkan orang lain merupakan amal yang sangat dianjurkan Islam.

Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dalam sahihnya tentang kisah seorang ahli ibadah dari Bani Israil yang telah menghambakan dirinya kepada Allah selama 60 tahun lebih.

Pada suatu hari, ahli ibadah itu keluar dari peribadatannya, secara tidak sengaja bertemu dengan seorang wanita yang cantik jelita. Wanita itu merayunya sehingga ia lupa diri, lalu berzina dengannya.

Setelah berzina, muncullah penyesalan mendalam pada diri sang ahli ibadah. Ia menangis hebat hingga akhirnya pingsan. Ketika sadar, ia masih juga menyesali perbuatannya. Di tengah tangis pilunya, datanglah seorang pengemis lapar meminta belas kasihan.

Kebetulan, di tangannya ada dua potong roti, lalu disedekahkan kepada pengemis itu. Nafsu makan ahli ibadah itu hilang sama sekali dikalahkan penyesalannya yang mendalam. Di tengah kepiluan itu, akhirnya ia pun meninggal.

Di akhirat, ternyata amal ibadahnya selama 60 tahun masih lebih ringan dibanding dengan satu perbuatan keji yang telanjur dilakukannya. Kemudian, setelah kebaikannya berupa sedekah dua potong roti itu diikutsertakan, menjadi beratlah amal kebaikannya. Maka, dia pun diampuni.

“Tiga pekara siapa pun yang ada padanya, kelak akan dinaungi oleh Allah di bawah arsy-Nya pada hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Yaitu, berwudhu pada waktu cuaca dingin, mendatangi masjid meskipun gelap, dan memberi makan orang yang kelaparan.”

HR Abu Muslim al-Ashbahani

Saudaraku, demikianlah adanya. Ibadah demi ibadah kita tidak cukup untuk meraih surga-Nya Allah. Shalat, zikir, tilawah, puasa, bahkan haji sekalipun belum tentu menjamin keselamatan kita di akhirat nanti. Apalagi, maksiat demi maksiat kita tak kunjung berhenti.

Jangan kira ibadah lahiriah kita sudah pasti memasukkan kita ke surga. Ibadah ritual kita yang sifatnya pribadi tidak lengkap tanpa diiringi dengan amal sosial kita. Seperti kisah di atas, tabungan beribadah 60 tahun saja masih kalah dibanding satu perbuatan khilaf.

“Berilah makan kepada yang butuh, sampaikan salam, sambunglah persaudaraan, sembahyanglah pada malam hari ketika orang-orang masih tertidur. Maka kamu akan masuk surga dengan damai,”